Bagaimana Cara Mengukur Brand Awareness?

Umumnya, para pebisnis laksanakan riset pasar untuk mengukur sejauh mana iklan memberi tambahan efek pada target audience. Nah, ada 4 langkah yang mampu StickFriends laksanakan untuk mengukur tingkatan merek awareness.

Brand awareness atau kesadaran merek merupakan sebuah tolok ukur suatu merek untuk melihat seberapa jauh pemahaman pelanggan terhadap branding agency Jakarta berdasarkan piramida 4 tingkatan brand awareness.

1. Recall Test

Konsumen diberi saran sederhana untuk mengingat suatu merek di dalam selagi tertentu. Kemudian, pemberi tes mencatat seberapa cepat mereka berhasil mengaitkan saran dengan nama brand.

2. Brand Attitude

Sebuah kuesioner yang berisi atribut merek dan beberapa segi yang bertujuan pada konsumen. Mereka tinggal menjawab cocok dengan apa yang mereka rasakan pada merek di dalam pilihan ya, tidak, netral, atau menuliskan opini mereka.

3. Brand Affinity Analysis

Konsumen diminta memberi tambahan tingkat ketertarikan mereka pada merek tertentu di dalam wujud pemilihan opsi positif, negatif, atau netral. Jadi, tingkatan merek awareness costumer dapat keluar berasal dari penggambaran perasaan mereka. Misalnya, kreatif, menyenangkan, inovatif, ketinggalan zaman, tidak relevan, dll.

4. Brand Salience

Beberapa product di letakkan di rak yang sama, lantas costumer diberi foto product tertentu. Seberapa cepat mereka mendapatkan produk, itulah yang punyai tingkat kesadaran merek tinggi. Tes ini memperlihatkan makna perlu visual bagi sebuah merek. Sementara, saran yang biasa costumer manfaatkan adalah kemasannya.

Teori brand awareness dan Contohnya

Berdasarkan teori brand awareness yang ditulis oleh Durianto dkk. dalam buku Brand Equity Ten (2004), brand awareness terbagi menjadi 4 anggota dan tersusun seperti piramida.

Seorang kastemer umumnya akan memulai perjalan pengenalan brand dari tidak jelas menjadi tahu. Jika dicermati dari piramida, anggota tidak jelas tersedia di paling bawah dan jelas tersedia di paling atas. Berikut penjelasannya:

Unaware of brand (tidak mengetahui merek)

Sebagai misal brand awareness, terkandung sebuah brand bernama ABC dan dikaitkan ke sebuah produk tas. Sharon, seorang calon kastemer yang mengidamkan mempunyai tas baru. Saat mencari tas di toko daring, Sharon masih belum jelas bahwa tersedia tas bermerek ABC.

Brand recognition (pengenalan merek)

Masih dalam misal brand awareness yang sama, Sharon terhubung media sosial dan mendapatkan iklan tas bermerek ABC. Sharon tertarik dan terasa mengetahui brand tersebut.

Brand recall (pengingatan lagi merek)

Sharon menutup lagi media sosialnya gara-gara wajib bekerja. Kemudian, terhadap awal bulan, ia memperoleh gaji dan lagi ingat bersama dengan tas idamannya. Muncul nama ABC dan lebih dari satu nama brand lain dalam pikirannya. Karena sementara itu tas ABC tengah diskon dan terlihat menarik, Sharon akhirnya mencoba membelinya.

Ternyata tas ABC adalah tas yang bagus. Sharon mengasosiasikan tas bermerek ABC sebagai tas yang bagus dan bernilai miring.

Top of mind (puncak pikiran)

Nah, di bulan berikutnya, rekan Sharon, Asih, termasuk mengidamkan belanja tas baru. Asih bertanya kepada Sharon tentang brand tas apa yang bagus. Jika Sharon langsung mengingat tas brand ABC sebagai tas bagus, maka kesadaran brand ABC sudah meraih tahap “Top of Mind”. Tahap ini merupakan yang tertinggi dalam piramida.